Banyak kekacauan dimana-mana, nyawa tak lagi berarti, yang penting bisa memuaskan kepuasan batin golongan dan kelompok. Tidak hanya di negeri tercinta Indonesia ini, di manca Negara juga banyak terjadi pergolakan yang bergulat dengan kekeacauan dan kerusuhan. Arti persaudaraan tak lagi ada artinya asalkan hidup bisa terus berlanjut tanpa kelaparan. Yah “tanpa kelapan” itulah yang penting saat ini pada zaman yang begitu sulit saat ini, kemiskinan ada dimana-mana, angka pengangguran tak teratasi, busung lapar bagi anak-anak yang tidak bersalah, yang mereka ketahui hanyalah mereka masih bisa bernapas walaupun kematian bisa kapan saja menjemput mereka. Anak-anak busung lapar hanyalah korban ketidak berdayaan orang tua mereka untuk mencukupi gizi untuk anak-anaknya. Boro-boro memenuhi kebutuhan gizi anak-anaknya, mereka telah bisa makan seadanya saja itu adalah anugrah yang terbesar bagi mereka.
Banyak yang mengatakan kalau zaman itu semakin EDAN, itu emang benar, mari kita telusuri lagi arti kata EDAN itu. E (emang). D (dak da ), A (ati), N (nurani). Kemana pergi nya hati nurani manusia yang begitu mudah ter empaty oleh hal yang memilukan hati itu, nampaknya tak lagi rasa iba dan peduli itu, yang ada sekarang hanyalah kekuasan yang bisa membuat seseorang terpandang dan di hormati. Disamping itu mimpi-mimpi menjadi “kaya raya” adalah harapan semua orang, sehingga berbagai cara pun dilakukan tak peduli itu halal atau haram asalkan hati senang dan keluarga bahagia. Pikiran yang sangat picik dan kotor, yah anda hanya akan bahagia di dunia saja, ingat lah akan ada kehidupan kedua, yaitu di akhirat sana.
Mungkin mendengarkan kata akhirat para KORUPTOR hanya merinding sesaat saja. Karena mereka telah mentuhankan UANG di atas segala-galanya. Kata UANG memang sangat manis didengar dan begitu indah bila memilikinya, semua orang tidak munafik akan hal itu. Ada yang mengatakan bahwa udah meninggal pun kita masih butuh uang untuk dikubur. Tidak punya uang bisa buat oring gila dan kehilangan akal sehat, ada yang bunuh diri tanpa memikirkan bagaimana nasib anak-anaknya setelah dia melakuakan bunuh diri itu. Begitu miris hati ini mendengarkan berita itu di tanyangan televisi.
MISKIN dan KAYA??? Apa yang membuat dua hal itu berbeda, apakah hanya si miskin tak punya uang, sementara si kaya memiliki banyak uang. Apa yang salah pada si miskin sehingga hidupnya tidak semewah si kaya, dan apa hebatnya si kaya sehingga semua keinginannya dapat terpenuhi. Sekarang ini antara kaya dan miskin memiliki jurang pemisah yang begitu dalam. Si kaya bisa berpacu-pacu, lihat saja pemerintahan kita, petinggi-petinggi yang terhormat itu masih belum puas dengan apa yang di miliknya, namanya juga manusia wajarlah. What??? Manusia???? Hmmmmmm…….okelah kalau fisik adalah manusia tapi bagaimana dengan hati dan pikiran??? Apakah masih bisa disebut manuasia???
Manusia adalah orang yang memiliki hati nurani, dan apakah bapak/ibuk memiliki hati nurani?? Lihat saja contohnya, untuk mengumumkan susu yang berbakteri saja susahnya minta ampun, padahal itu semua demi keselamatan anak Indonesia, yah wajar saja lah banyak anak Indonesia yang bodoh itu semua karena ulah pemerintah nya. Walaupun pemerintah telah memberiakan alokasi dana sebesar 20% untuk pendidikan, itu sich percuma aja karena sedari kecil anak-anak Indonesia telah menjadi korban praktek, konsumsi dagang,dll.
Kapan yah pemerintah kita bisa sadar, terbangun dari tidur siangnya. Begitu banyak fakta yang jelas di lihat di lapangan namun tak ada usaha yang menggairahkan yang dapat di lakukan. Apakah ini hanya salah pemerintah saja???pemerintah yang berkuasa jadi keputusan ada di tangan pemerintah, kalau pemerintah melakukan yang terbaik untuk rakyatnya, maka rakyat akan percaya sepenuhnya kepada pemerintah, namun faktanya rakyat semakin susah dan tertindas, jadi wajar lah kalau rakyat marah dan berontak.
Komentar
Posting Komentar