Di pagi hari gw udah melancong ke Polres untuk buat SKCK, sesampainya disana gw ditanyain ada keperluan apa ke sini, tanya pak Polisi itu...gilaaaaa aja gw kayak di introgasi aja di sana...everything needs an explanation di police office itu. trus gw bilang buat SKCK untuk ngelamar kerja Pak, "ngelamar kerja dimana?" tanya pak Polisi itu lagi...Aiiiish KEPO banget sih Pak Polisi ini bisik gw dalam hati, trus gw jawab aja belum tau Pak. Silahkan ke loket 4 ya Dek kata Pak Polisi itu ke gw. Kemudian gw pergi ke loket 4, disana ke sepuluhan sidik jari tangan gw di periksa, kemudian menganalisisnya.. sembari menunggu beliau menganalisis sidik jari gw,, gw diam aja diruangan itu...sementara polisi yang lain asik memperbicangkan masalah jodoh,,dari pembicaraan yang gw denger ternyata polisi polisi itu lagi galau masalah jodoh. Ternyata udah punya pangkat yang bagus pun masih juga galau tentang jodoh. Kemudian salah satu polisi yang paling tua dari polisi polisi yang lainnya memberikan saran "jangan terlalu terburu-buru mencari pasangan". Tib-tiba, "ini Dek" kata pak Polisi yang tadi menganalisis sidik jari gw, beliau memberikan selembar kertas kecil yang berisi rumusan sidik jari gw.....gw baru tau kalo ternyata sidik jari itu ada rumusnya juga, gak hanya matematika, fisika dan kimia saja yang punya rumus. Selanjutnya gw pergi ke loket selanjutnya, gw mesti nunggu kira-kira 15 menit, baru deh SKCK gw keluar.
Banyak kekacauan dimana-mana, nyawa tak lagi berarti, yang penting bisa memuaskan kepuasan batin golongan dan kelompok. Tidak hanya di negeri tercinta Indonesia ini, di manca Negara juga banyak terjadi pergolakan yang bergulat dengan kekeacauan dan kerusuhan. Arti persaudaraan tak lagi ada artinya asalkan hidup bisa terus berlanjut tanpa kelaparan. Yah “tanpa kelapan” itulah yang penting saat ini pada zaman yang begitu sulit saat ini, kemiskinan ada dimana-mana, angka pengangguran tak teratasi, busung lapar bagi anak-anak yang tidak bersalah, yang mereka ketahui hanyalah mereka masih bisa bernapas walaupun kematian bisa kapan saja menjemput mereka. Anak-anak busung lapar hanyalah korban ketidak berdayaan orang tua mereka untuk mencukupi gizi untuk anak-anaknya. Boro-boro memenuhi kebutuhan gizi anak-anaknya, mereka telah bisa makan seadanya saja itu adalah anugrah yang terbesar bagi mereka. Banyak yang mengatakan kalau zama
Komentar
Posting Komentar