Dikala
trend wedges lagi digandrungi para ladies, Fika tetep setia dengan sneaker-nya.
Hanya ada satu koleksi wedges yang Fika punya, itupun baru dipakai kalo mau
pergi ke kondangan. “Nah Ka, kamu kalo kayak gini terus kan cantik, anggun
lagi”, selalu itu komentar teman-temannya saat Fika menggunakan long dress dan
wedges. Fika gadis yang tomboy, sneaker, T-shirt, borju trouser, and ransel bag,
itu lah style fika sehari-harinya. Kebanyakan ladies punya hobby shopping, Fika
hobbinya badminton dan jogging. Fika selalu menolak ajakan teman-temannya pergi
shopping, karna it takes much time and also takes much money, hahaha. Jadi,
fika lebih sering nerima ajakan teman-teman cowoknyo untuk playing badminton,
selain sehat juga hemat. Hemat bukan berarti pelit loh.
Fika
memang sudah terlahir dengan kulit putih dan hidung yang bangir. Banyak
teman-teman cowok yang menyukainya, namun cinta sulit melekat dihatinya. Sudah
2 tahun Fika dengan status single nya. Sahabat nya telah meminta Fika untuk
segera mengakhiri masa single nya. Toh, Fika tetep enjoy dan bahagia tanpa
adanya boyfriend. Simple dan apa adanya, itu lah Fika. Teman-temannya sibuk
dengan program pemutihan kulitnya dengan membeli lulur pemutih dan suntik
kecantikan yang harganya ratusan. Untuk lulur pemutih saja itu biasanya
teman-temannya membeli dengan harga Rp. 300.000. sementara untuk suntik
kecantikan mereka harus mengeluarkan kocek sekitar Rp.700.000…Woowww. Toh,
kulit warna kulit mereka tetap saja seperti itu.
Kesibukan
sehari-hari Fika adalah menulis. Sudah ada beberapa tulisannya, namun itu masih
tersimpan rapi di notebooknya, belum ada satupun yang dipublish. Menulis adalah
hati dan perasaannya. Sebuah tulisan bisa melepaskan beban pikiran, karna apa
yang ada di otak dan pikiran apabila tak bisa terucapkan bisa dituliskan dalam
sebuah tulisan. Ada sebuah kisah pertikaian antara kulit putih dan kulit hitam
di salah satu sekolah di Amerika sana. Awalnya mereka ditempatkan dikelas yang
berbeda, namun untuk mendamaikan mereka akirnya pihak sekolah menggabungkan
mereka kedalam satu kelas. Namun hal itu masih belum berhasil, mereka masih
punya dendam masing-masing. Salah satu guru bahasa inggris mereka meminta
mereka untuk menulis pada satu buku, masing-masing dari mereka menulis di
bukunya masing-masing yang nantinya akan dibaca oleh temannya secara
bergantian. Nah, setelah membaca tulisan-tulisan itu secara bergantian, mereka
bisa saling mengetahui perasaan dan kesalahan masing-masing. Sehingga
perdamaian pun tercipta. Simple namun berujung indah.
Disamping
itu, Fika juga memiliki taman bacaan. Dia bersama teman-temannya mendirikan
sebuah taman bacaan dipinggirin kota yang diberi nama “Rumah Buku”. Banyak
anak-anak pinggiran kota yang menghabiskan waktu luang untuk membaca di Rumah
Buku. Pada hari Sabtu, Fika memberikan kelas Bahasa Inggris untuk anak-anak
Rumah Buku. Meskipun kita tak punya banyak materi, bukan berarti kita tak dapat
berbagi. Berbagi ilmu pengetahuan juga sangat bermanfaat.
Menulis
dan kehidupan sosial yang selalu menghiasi hari-hari Fika. Cinta dari teman,
sahabat, dan anak-anak Rumah Buku sudah membuat Fika sangat bahagia. Namun,
teman dan sahabat Fika selalu sibuk menjodohkannya. “Jodoh ku Tuhan yang atur,
bukan kalian” kata Fika ke teman-temannya. Kalimat ini terlontar dari mulut
Fika karena belakangan handphone nya dihubungi oleh number-number baru yang
tidak dia kenal, hanya sekedar untuk berbasa-basi “boleh kenalan”. Ya itulah
ulah teman Fika yang memberikan number handphone-nya. Entah sudah berapa kali
Fika ganti number karena tidak mau terganggu.
To be continue......wait to the next chapter guys!!
Komentar
Posting Komentar